Lokalisasi Dolly
Tampak para penjaja seks komersial di lokalisasi Dolly yang telah ditutup. |
Lokalisasi Dolly Disarankan Jadi Pasar atau Mal
Dolly, lokalisasi prostitusi terbesar di Asia Tenggara yang berada di daerah Jarak, Kota Surabaya, Jawa Timur, dipastikan ditutup oleh Pemerintah Kota Surabaya hari ini. Lokalisasi di Pasar Kembang itu tepatnya mulai dibereskan pada Rabu malam.Penutupan lokalisasi itu mendapat respons positif dari anggota Komisi VIII Ali Maschan Moesa. Ia pun mengatakan setuju jika lokalisasi itu harus ditutup.
"Kita memang setuju itu ditutup, tapi mereka juga harus diberi skill, latihan apa keterampilan apa, kalau perlu juga dibuatkan pasar lagi di situ, misalnya mal di situ," ucap Ali.
PSK Pasar Kembang berharap alumni Dolly tidak ke Jogja
Pekerja seks komersial (PSK) yang menghuni kompleks pelacuran Pasar Kembang (Sarkem) berharap tidak ada eksodus dari kompleks lokalisasi prostitusi Dolly, Surabaya, ke Yogyakarta. Soal "persaingan usaha" menjadi pertimbangan dari munculnya harapan itu."Kabarnya iya Dolly ditutup. Yo mugo-mogo ojo, yen dene kabeh iso kebak. Ora mergo wedi kalah ayu lo (ya semoga tidak semua pindah ke Sarkem. Kalau ke sini semua, bisa penuh. Bukan takut kalah ayu loh)," ujar seorang PSK yang mengaku bernama Susy sambil tertawa saat ditemui di seputar wilayah Sarkem, Rabu (18/6/2014) malam.
Pasar Kembang (SarKem)
Pasar Kembang Surabaya bukanlah daerah lokalisasi, namun yang merupakan lokalisasi bernama Pasar Kembang (atau disingkat "Sarkem") adalah berlokasi di Jogyakarta, Jawa Tengah. Daerah pasar kembang di Surabaya justru lebih dikenal sebagai pusatnya spare-parts dan aksesoris kendaraan bermotor yang cukup lengkap dari berbagai merk.Klik disini untuk mengetahui Hotel di sekitar Pasar Kembang - Surabaya.
Lokalisasi Tertua di Yogya yang Masih Eksis
Kawasan Pasar Kembang atau sering disebut Sarkem merupakan salah satu tempat prostitusi tertua di Indonesia. Hampir semua orang Yogya bahkan wisatawan luar Yogyakarta pasti akan mengenal tempat tersebut.Letaknya berada di tengah kota Yogyakarta, tepatnya di selatan Stasiun Tugu Yogyakarta atau ujung utara dan barat kawasan Malioboro. Secara administratif masuk wilayah Kecamatan Gedong Tengen Kota Yogyakarta. Wilayah yang menjadi tempat prostitusi berada di wilayah RW Sosrowijayan Kulon. Salah satu penunjuk jalan menuju kawasan yang berada di dalam perkampungan itu adalah gang masuk ketiga dari arah timur Jalan Pasar Kembang.
Nama Pasar Kembang sebenarnya adalah nama jalan sepanjang lebih kurang 500-an meter dari ujung timur yang berbatasan dengan Malioboro hingga barat simpang tiga Jalan Gandekan. Dinamakan Jalan Pasar Kembang karena di sebelah utara Hotel Inna Garuda yang sekarang bernama Taman Parkir Abu Bakar Ali itu dulunya merupakan tempat pedagang bunga yang sekarang berpindah di Jalan Ahmad Jazuli Kotabaru.
Adanya kawasan malam Pasar Kembang tidak lepas dari sejarah pembangunan jalur kereta api di Pulau Jawa bagian selatan pada akhir abad 19 yang menghubungkan kota-kota seperti Surabaya, Madiun, Solo, Cirebon, Bandung hingga Batavia. Hingga awal kemerdekaan RI kawasan itu lebih dikenal dengan nama "Balokan". Karena banyak pekerja di proyek KA, hiburan malam atau dunia prostitusi kemudian muncul di tempat itu. Seiring dengan banyaknya orang yang plesiran menggunakan jasa KA dan membutuhkan tempat istirahat, kawasan itu kemudian tumbuh pula hotel, losmen atau penginapan.
Nama balokan menjadi sebutan orang mengenal nama Sarkem, karena di sebelah selatan Stasiun Tugu dulunya tempat menumpuk balok-balok kayu jati untuk bantalan rel KA. Baru setelah tahun 1970-an hingga sekarang lebih dikenal dengan nama Jalan Pasar Kembang atau Sarkem.
Mulai tahun 1970 di Yogyakarta sebenarnya ada dua tempat prostitusi. Pertama adalah Pasar Kembang. Kedua adalah Resosialisasi Wanita Tuna Susila di Dusun Mrican, Kecamatan Umbulharjo. Resosialisasi Mrican yang berada di sebelah barat Sungai Gajah Wong itu orang lebih sering menyebut dengan nama Sanggrahan atau SG. Lokalisasi SG ini dikelola oleh Pemkot Yogyakarta. Pada penghujung abad 20 atau sekitar tahun 1999-an, kawasan ini ditutup oleh Walikota dan diganti menjadi Terminal Penumpang Giwangan Yogyakarta, setelah memindahkan Terminal Umbulharjo di Jalan Veteran.
Sampai saat ini diperkirakan ada 300-an Pekerja Seks Komersial (PSK) yang berada di kawasan Sarkem. Lokasi prostitusi juga membaur menjadi satu dengan warga sekitar. Untuk membedakan tempat prostitusi dan pemukiman warga, pihak pengurus RW dan RT di Sosrowijayan Kulon telah memberi tanda khusus agar mudah dikenal.
Rumah-Rumah Prostitusi
Di rumah-rumah yang dijadikan tempat prostitusi selalu ada induk semang atau germo yang mengelolanya. Para PSK itu saat menjajakan diri cukup duduk berbaur dengan sesama PSK di lorong-lorong gang atau di teras atau ruang tamu yang disediakan pemilik rumah.Namun kadang kala saat kita berada di sekitar Jalan Pasar Kembang, tidak heran kalau ada sopir becak, tukang ojek atau warga yang duduk di dekat gang masuk kawasan itu yang menawarkan jasa untuk mencarikan PSK. Demikian pula saat kita menyusuri lorong gang, akan ada banyak orang yang akan menawarkan untuk mengantar mencari PSK. Orang-orang yang membantu jasa mencarikan tamu untuk PSK itu biasanya akan mendapat tip dari germo.
Mereka pun dengan ramah akan mengatakan 'monggo mampir dulu, mau lihat-lihat, mau ngobrol-ngobrol atau sekedar mencari minuman juga tersedia,' Untuk tarif kencan juga bervariasi mulai dari Rp 75 ribu hingga Rp 400 ribu.
"Semua bisa dinego. Tinggal bagaimana kita menawar atau speak-speak-nya. Kita membantu tamu agar tidak salah masuk atau bingung mencari," kata Sugianto, salah satu sopir becak yang biasa mangkal di kawasan Sarkem dan menjadi perantara atau mencarikan tamu untuk PSK.
Menurutnya para PSK ada yang berasal dari Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Umur mereka juga bervariasi sekitar 25-45 tahun. Mereka juga tidak tinggal menetap di tempat itu selamanya. Namun juga ada yang tinggal kos di sekitar Yogyakarta.
"Mereka hanya datang setiap malam saat bekerja. Pagi pulang ke kos atau tempat tinggal. Ada pula yang tinggal di situ menyewa kamar, tapi setiap 2 minggu atau sebulan sekali pulang ke tempat asal," katanya.
Sarkem sampai saat ini tetap melegenda menjadi tempat hiburan malam di kota Yogyakarta. Tidak ditutup seperti Dolly dan lokalisasi lain?
Dolly Tutup, PSK Pindah ke Hotel dan Kos Bebas
Meski lokalisasi Dolly dan Jarak ditutup, praktik prostitusi di Surabaya tak akan habis. Justru diprediksi bakal marak. Pasalnya, pekerja seks komersial (PSK) akan memanfaatkan transaksi seksual di hotel-hotel dan kos-kosan bebas. Apalagi, Pemkot Surabaya mengobral ijin pendirian hotel-hotel baru. Tahun 2013 saja, Dinas Kebudayan dan Pariwasata (Disbudparta) mengeluarkan ijin 35 hotel baru. Belum lagi maraknya hotel short time dan homestay yang berdiri di tengah perkampungan warga.Tanda-tanda prositusi di hotel dan kos-kosan itu terlihat saat Surabaya Pagi melakukan pengecekan di sejumlah hotel dan kos-kosan bebas di sekitar Dolly, Rabu (18/6). Seperti tampak di Hotel Kembang dan Hotel LA, Jalan Pasar Kembang, sekitar 1 km dari lokalisasi Dolly. "Tadi malam (Selasa malam, red) ramai mas," ucap Boyo, salah satu karyawan Hotel Kembang.
Ia mengakui sejak kabar penutupan Dolly, pengunjung yang check in mengalami peningkatan. Kebanyakan yang menginap memang pasangan pria dan wanita. Tarif di hotel short time ini cukup terjangkau. Mulai dari harga Rp 110.000 dengan fasilitas tempat tidur dan kipas angin, Rp 150.000 fasilitas tempat tidur dan AC, hingga harga Rp 200.000 dengan fasilitas tempat tidur, AC dan TV.
Hotel-hotel murah dan terjangkau ini bisa menjadi tempat PSK Dolly – Jarak yang on call. Berdasar informasi warga, hotel short time di sepanjang Jalan Pasar Kembang ini biasa dimanfaatkan pasangan mesum atau pasangan selingkuh. “PSK-nya juga ada. Biasanya mereka yang cari tamu di tempat hiburan. Dulu sewaktu Jalan Diponegoro dan Bambu Runcing masih banyak PSK, ya di hotel-hotel ini mereka melayani,” tutur seorang warga Kupang.
Selain hotel, pemilik kos-kosan bebas di daerah Kupang dan sekitarnya juga diuntungkan penutupan Dolly. Pantauan di daerah Kupang Krajan, kos-kosan bebas di sana penuh. Hal sama sama juga tampak di daerah Tempel Sukorejo dan Wonorejo. Tarif kos-kosan bebas di sana mulai Rp 500 ribu hingga Rp 1,5 juta per bulan. Sedang penghuni kos-kosan bebas di sana, rata-rata pekerja hiburan malam dan purel.
Tomo, nama disamarkan, salah satu pelanggan Dolly ini mengaku ia tak khawatir jika Dolly dan Jarak ditutup. Sebab, untuk mendapatkan PSK mudah ditemukan di kos-kosan bebas. PSK di Dolly juga mudah dihubungi lewat ponsel maupun BBM (Blackberry Messenger). “Gak susah, BBM mucikari atau PSK-nya udah bisa," ungkap pria kelahiran Sampang Madura tersebut.
Dirinya meyakini, tidak mudah menghapus prostitusi di Surabaya. "Meski Dolly ditutup, banyak hotel-hotel dan kos-kosan, mereka (PSK) itu butuh uang. Mereka on call jika Dolly ditutup," tukas pria berbadan jangkung tersebut.
Hal sama juga diungkapkan Joshua, nama disamarkan, pelanggan Dolly lainnya. Ia mengaku terakhir 'jajan' ke Dolly, pada Selasa (17/4/2014) malam sebelum Dolly ditutup. "Saya ke Dolly karena dihubungi PSK langganannya. Dia bilang 'Mas, nggak ke sini ta, ini malam terakhir, besok (tadi malam, red) sudah tutup lho'," ujarnya menirukan rayuan PSK itu.
Menurut penuturan PSK langganannya tersebut, pasca Dolly ditutup, mereka tetap akan beroperasi mencari pria hidung belang melalui perantara atau makelar. Modusnya menerima panggilan untuk melayani pelanggan di hotel atau kamar kos si PSK. "Walaupun Dolly ditutup, sebagian besar PSK tetap akan menghuni kos di sekitar Dolly sampai jelang Lebaran tahun ini. Mereka beralasan karena banyak PSK mengaku di keluarganya bekerja sebagai buruh pabrik, SPG atau karyawan salon. Kalau pulang kampung sekarang, takut dicurigai keluarga atau tetangga rumahnya," ungkapnya.
Kemungkinan paling buruk, lanjut dia, PSK langganannya itu akan mencari tempat lokalisasi lain di luar Jawa Timur, seperti Bali, Batam atau Yogyakarta. "Saya sebagai pelanggan Dolly tidak masalah kalau Dolly ditutup. Ini karena saya iba dan tahu keluh kesah para PSK yang banyak mengaku terpaksa menjajakan dirinya," tutur pria murah senyum ini.
Sementara informasi yang dihimpun dari warga lokalisasi Dolly maupun PSK di sana, penutupan menjelang puasa itu menyakitkan. Sebab, kebutuhan pokok maupun lainnya dipastikan meningkat. Mia, nama samaran, salah seorang PSK Dolly mengungkapkan, ia maupun teman-teman sesame PSK belum siap jika lokalisasi yang disebut-sebut terbesar di Asia Tenggara ini ditutup. Jika dipaksakan, tidak menutup kemungkinan akan melayani pelanggan di hotel maupun di kos-kosan bebas yang tersebar di sekitar Dolly dan Jarak. “Mau gimana lagi, kita masih butuh makan,” tandas Mia, semalam.
Subagio, warga lokalisasi Dolly mengatakan penutupan Dolly justru akan memicu protitusi terselubung menjamur di Surabaya. Menurutnya, kebijakan Pemkot menutup lokalisasi ini salah, karena pelacuran itu tidak bisa dihapus dari muka bumi ini. “Ini akan menambah permasalah baru di mana para PSK akan menjadi wanita cabutan yang sulit dikontrol. Pemerintah itu sukanya kucing-kucingan, pasti nanti akan banyak prostitusi terselubug," tandas Subagio.
Sekarang ini, lanjut Subagio, dengan banyak hotel murah dan kost-kosan bebas, bisa dijadikan tempat mesum. "Tinggal telepon tunggu di hotel ini, bisa kan. Apa itu tidak tambah sulit dikontrol?," kata Subagio.
Selain itu, lanjut dia, tidak meratanya bantuan atau uang pesangon dari pemerintah juga menjadi pemicu kemungkinan PSK tidak mau berhenti. "Iya, yang dapat. Yang tidak bagaimana," cetus dia.
Transaksi Seks Berkembang
Hal sama diutarakan Komisi Nasional Hak Asasi Perempuan (Komnas Perempuna), terkait efek penutupan Dolly. "Kami khawatir ketika lokalisasi Dolly ditutup, para PSK menyebar ke tempat lain atau beroperasi ke daerah lainnya. Selain itu PSK mengubah bentuk transaksi seks dengan cara lain, misalnya via SMS atau internet," kata Ketua Komnas Perempuan Yuniyanti Chuzaifah.Menurut Yuni, kondisi-kondisi seperti itu rumit jika nyata terjadi. Maka itu, dia berharap, Pemkot Surabaya bisa menciptakan solusi. Menurutnya, menutup lokalisasi itu bukan perkara sederhana. Selama ini Komnas Perempuan, rajin menyambangi dan mendengar curhatan wanita PSK. Dia menilai prostitusi paksa dan dipaksakan yang membelenggu para wanita terlibat praktik transaksi seks.
Apa yang diungkapkan Komnas Perempuan ini dibenarkan anggota Komisi D DPRD Surabaya Masdhuki Toha. Menurutnya, Pemkot harus melakukan kordinasi di tingkat RT/RW, kelurahan serta kecamatan untuk mengantisipasi dampak dari penutupan lokalisasi Dolly. Sebab, dikhawatirkan para PSK Dolly akan menyebar di kawasan lain. “Jika tidak bisa mengantisipasi prostitusi terselebung, tentunya akan berakibat fatal,” tandas politisi PKB ini.
Selain itu Pemkot juga harus memperketat perijinan pendirian hotel dan tempat hiburan malam. Juga kos-kosan bebas harus diawasi, karena berpotensi untuk tempat prostitusi baru. “Kos-kosan serta hotel yang menyediakan tempat mesum harus diperketat pengawasannya, dengan melakukan razia-razia di lokasi rawan menjadi tempat prostitusi terselubung,” ujarnya.
Ketua Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Baktiono, juga mengkritisi kebijakan Pemkot menutup Dolly tanpa menyiapkan antisipasi yang jelas. “Sekarang kita bisa lihat selama ini hotel baru makin marak di Surabaya. Ijin karaoke juga diobral. Jika hal tersebut tidak diantisipasi, berpotensi dijadikan tempat protitusi terselubung,” tegas politisi PDIP ini.
Menurut Baktiono, beberapa lokalisasi yang sudah ditutup Pemkot ternyata hingga sekarang masih beroperasi, serta mendirikan tempat hiburan malam. Berdasarkan informasi dari warga, tempat tersebut dijadikan ajang transaksi seksual. Namum untuk layanannya dilakukan di hotel. “Ini kan dampak yang harus diantisipasi. Kalau tidak, banyak warga bisa kena AIDS,” tegas Baktiono yang menegaskan dirinya tidak akan menghadiri deklarasi penutupan Dolly.
Referensi
- http://id.wikipedia.org/wiki/Dolly,_Surabaya
- http://news.liputan6.com/read/2064952/lokalisasi-dolly-disarankan-jadi-pasar-atau-mal
- http://nusantara.tvonenews.tv/berita/view/84762/2014/06/17/besok_lokalisasi_gang_dolly_ditutup.tvOne
- http://regional.kompas.com/read/2014/06/19/0838515/Takut.Kalah.Ayu.PSK.Sarkem.Berharap.Penghuni.Dolly.Tak.ke.Yogya
- http://news.detik.com/read/2014/06/20/140150/2614292/10/melongok-sarkem-lokalisasi-tertua-di-yogya-yang-masih-eksis
- http://www.surabayapagi.com/index.php?read=Dolly-Tutup,-PSK-Pindah-ke-Hotel-dan-Kos-Bebas;3b1ca0a43b79bdfd9f9305b81298296201c5a73bf17a728f53f75ae9de090073
Menyediakan beragam info penting tentang Surabaya, Kota Pahlawan. Kagum dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang berdedikasi tinggi terhadap warga kota dan keindahan serta kebersihan Kota Surabaya. Mencintai Surabaya.
0 komentar:
Posting Komentar