Hujan Dua Hari, Banjir Tiga Hari
Pagi tadi saya seperti biasanya berangkat menuju tempat kerja tepat pada pukul 06:30 WIB dan melewati jalur yang sering saya gunakan, Jalan Raya Juanda - Aloha - Waru - Ahmad Yani - dan seterusnya. Sekilas tidak ada yang aneh, kecuali saat saya memperhatikan di ruas sebelah kiri Jalan Raya Juanda masih ada beberapa titik yang terendam banjir.
Saya merasa heran karena ini sudah hari ketiga sejak hujan deras dua hari berturut-turut pada Selasa (17/06/2014) dan Rabu (18/06/2014) yang lalu. Kemudian setelah melewati putaran balik Aloha, saya mendapati bagian sebelah kanan yakni kompleks pertokoan di depan pabrik Maspion juga masih terendam dan lumayan dalam. Lurus lagi sedikit, jalan menuju ke arah Wage Taman juga masih ditutup dengan menggunakan kayu karena sepanjang jalan tersebut juga masih terendam. Genangan baru berakhir setelah melewati Supermarket Giant sebelum fly over Waru.
Mengapa hujan yang hanya dua hari di Sidoarjo dan Surabaya bisa menyebabkan banjir selama tiga hari?
Sesampainya di kantor, saya langsung membaca koran langganan saya Jawa Pos dan mengambil bagian Metropolis. Di headlines Metropolis ternyata juga mengupas tentang keheranan saya pagi ini, tentang banjir yang melanda tujuh kecamatan di Sidoarjo. Berdasarkan dari berita tersebut, banjir di tujuh kecamatan di Sidoarjo belum menurun secara signifikan. Baru satu kawasan yang genangan airnya surut secara drastis, yakni kawasan Bandara Internasional Juanda. Hal tersebut terjadi karena PT Angkasa Pura I mengerahkan tujuh mesin untuk memompa air.
Menurut harian Jawa Pos, banjir parah yang tak kunjung surut terjadi di Sidoarjo tidak terlepas dari Sistem Drainase Sidoarjo Yang Memprihatinkan. Bahkan dikatakan petugas tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi banjir yang merendam tujuh kecamatan ini. Tampak di halaman depan Metropolis menampilkan foto dua tiga orang remaja putri yang berjalan melewati banjir di depan SDN Bangah Nomor 383 di Kecamatan gedangan, Kabupaten Sidoarjo.
Saya merasa heran karena ini sudah hari ketiga sejak hujan deras dua hari berturut-turut pada Selasa (17/06/2014) dan Rabu (18/06/2014) yang lalu. Kemudian setelah melewati putaran balik Aloha, saya mendapati bagian sebelah kanan yakni kompleks pertokoan di depan pabrik Maspion juga masih terendam dan lumayan dalam. Lurus lagi sedikit, jalan menuju ke arah Wage Taman juga masih ditutup dengan menggunakan kayu karena sepanjang jalan tersebut juga masih terendam. Genangan baru berakhir setelah melewati Supermarket Giant sebelum fly over Waru.
Mengapa hujan yang hanya dua hari di Sidoarjo dan Surabaya bisa menyebabkan banjir selama tiga hari?
Sesampainya di kantor, saya langsung membaca koran langganan saya Jawa Pos dan mengambil bagian Metropolis. Di headlines Metropolis ternyata juga mengupas tentang keheranan saya pagi ini, tentang banjir yang melanda tujuh kecamatan di Sidoarjo. Berdasarkan dari berita tersebut, banjir di tujuh kecamatan di Sidoarjo belum menurun secara signifikan. Baru satu kawasan yang genangan airnya surut secara drastis, yakni kawasan Bandara Internasional Juanda. Hal tersebut terjadi karena PT Angkasa Pura I mengerahkan tujuh mesin untuk memompa air.
Menurut harian Jawa Pos, banjir parah yang tak kunjung surut terjadi di Sidoarjo tidak terlepas dari Sistem Drainase Sidoarjo Yang Memprihatinkan. Bahkan dikatakan petugas tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi banjir yang merendam tujuh kecamatan ini. Tampak di halaman depan Metropolis menampilkan foto dua tiga orang remaja putri yang berjalan melewati banjir di depan SDN Bangah Nomor 383 di Kecamatan gedangan, Kabupaten Sidoarjo.
Penyebab Banjir di Sidoarjo - Surabaya
Berikut ini adalah Penyebab Banjir di Sidoarjo dalam infografik yang ditampilkan oleh Jawa Pos | Metropolis:- Sejumlah kawasan yang tergenang banjir di Sidoarjo merupakan dataran rendah, diantaranya:
- Ketinggian Waru 5 Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL)
- Ketinggian Sedati 4 Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL)
- Ketinggian Gedangan 4 Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL)
- Kondisi sistem drainase di wilayah utara-barat Sidoarjo tidak mampu menampung luapan air selama hujan yang mencapai 157 mili liter (ML) per detik.
- Avfoer Batokan dan Bulubendo hanya berkapasitas 80 ML
- Afvoer Kali Buntung hanya berkapasitas maksimal 118 ML
- Kualitas mayoritas pintu air serta saluran drainase di wilyah utara juga turun. Selain pendangkalan, penyebabnya adalah tumpukan sampah.
- Area resapan makin hilang lantaran alih fungsi lahan menjadi kawasan permukiman dan industri.
- Fluktuasi ketinggian air laut membuat aliran air dari daratan tertahan.
Menyediakan beragam info penting tentang Surabaya, Kota Pahlawan. Kagum dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang berdedikasi tinggi terhadap warga kota dan keindahan serta kebersihan Kota Surabaya. Mencintai Surabaya.
0 komentar:
Posting Komentar